Sabtu, 06 Juni 2015

Efektivitas Pemberian Dekok Kedawung (Parkia roxburgii G. Don) terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Adelia Kandari, Yahya Nur Halim, Santy Pristya Putri, Rr. Eko Susetyarini
Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp. 464318


Abstraksi
Kedawung (Parkia roxburgii G. Don) merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional maupun bahan makanan. Kedawung mempunyai kandungan fitosterol yang berfungsi sebagai penghadang kolesterol jahat. Di Indonesia, jumlah orang yang mengalami kelebihan kolesterol bisa mencapai 27 : 1000 orang. Kedawung belum terbukti untuk menurunkan kadar kolesterol sehingga perlu dilakukan penelitian kemampuan kedawung dalam menurunkan kadar kolesterol.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh fitosterol pada dekok kedawung untuk menurunkan kadar kolesterol pada tikus putih (Rattus norvegicus) dan mengetahui dosis dekok kedawung yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol pada tikus putih.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah true experimental research, sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah The Postest Only Control Group Design. Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan berjenis strain wistar. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan yaitu kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan dengan dosis 3 ml/hari, 4 ml/hari, dan 5 ml/hari. Teknik analisa data yang digunakan adalah ANOVA.
Berdasarkan hasil penelitian, penurunan yang terjadi sebesar 30,42% pada dosis 3 ml/hari, 21,67% pada dosis 4 ml/hari, 26,62% pada dosis 5 ml/hari, 7,22% pada kontrol positif, dan 14% pada kontrol negatif. Pemberian dekok kedawung dosis 3 ml/hari mengalami penurunan paling besar dibanding dengan pemberian dekok kedawung dosis 4 ml/hari dan 5 ml/hari, akan tetapi penurunan kadar kolesterol yang mendekati kadar kolesterol kontrol positif adalah pada pemberian perlakuan 4 ml/hari.

Kata Kunci : dekok kedawung, fitosterol, kolesterol

PENDAHULUAN
Kedawung (Parkia roxburgii G. Don) merupakan tumbuhan yang tersebar secara luas di kawasan Afrika seperti Senegal dan Gambia (Tisnadjaja et al. 2006). Kedawung merupakan jenis tumbuhan langka yang kaya akan kandungan fitosterol. Fitosterol alah kolesterol rantai pendek yang berfungsi sebagai penghadang kolesterol jahat, fitosterol biasa disebut dengan High Density Lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik. Fitosterol berfungsi mengikis dan membuang kolesterol jahat yang menyumbat pembuluh darah, serta menggiringnya kembali ke hati untuk diproses dan dilenyapkan. Fitosterol juga berfungsi sebagai penghadag di pembuluh darah sehingga mencegah kolesterol mengendap, dan melindungi dari terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah (Hediyani, 2013).

KOLESTEROL
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh terutama di dalam hati. Kolesterol dan turunan esternya, dengan lemak berantai panjang adalah komponen penting dari lipoprotein plasma dan membran sel. Kolesterol diperlukan tubuh untuk membentuk hormon seks, vitamin D, dan garam empedu. Kolesterol tinggi bisa menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti stroke, jantung, impotensi, gagal ginjal dan penyakit-penyakit lainnya. Hal itu disebabkan karena terjadi penyumbatan pada saluran pembuluh darah yang disebabkan oleh kolesterol. Jika saluran pembuluh darah yang menuju otak tersumbat, maka akan terjadi kerusakan sel otak (stroke). Apabila terjadi sumbatan pada saluran pembuluh darah yang menuju ke organ alat vital, maka yang terjadi adalah impotensi, dan begitu seterusnya dengan organ-organ yang lain (Saktiawan, 2014).

KEDAWUNG
Kedawung merupakan jenis tumbuhan yang langka, yang meskipun telah lama dipungut hasilnya berupa biji tetapi masih belum banyak diteliti aspek ekologi, biologi, serta aspek-aspek lainnya (Rinekso, 2000). Menurut Sandra dan Kumala (1994) biji kedawung termasuk 10 besar bahan yang paling banyak digunakan jamu di Indonesia. Pada tahun 2000, permintaan kedawung diperkirakan mencapai 180.000 Kg. Permintan ini masih terbatas pada bijinya, sedangkan bagian lain dari kedawung masih sedikit dimanfaatkan terbatas pada kayu batangnya. Berdasarkan aspek ekologis, pohon kedawung ini hidupnya soliter dengan sesamanya, tetapi hidup berdampingan dan menaungi berbagai spesies tumbuhan hutan lainnya, yang terdiri dari beraneka bentuk habitus pohon, liana, perdu maupun tumbuhan bawah (Dewi, 1999; Rinekso, 2000; Winara, 2001;  Zuhud, Prasetyo, Dewi & Sumantri, 2003).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hasil  penetapan kadar fitosterol pada tanaman kedawung, maka dapat diperoleh sebagai berikut: (i) seluruh bagian tanaman kedawung antara lain biji, polong, daun, tangkai daun, kulit pohon mengandung senyawa fitosterol yang cukup signifikan, (ii) kandungan fitosterol pada bagian biji 20,07% (b/b),  polong 29,67% (b/b), anak daun 22,40% (b/b), tangkai daun 35,24% (b/b) dan kulit pohon 24,64% (b/b). (iii) senyawa beta- sitosterol merupakan komponen utama dari kandungan fitosterol yang terdeteksi pada setiap bagian tanaman (Tisnadjaja et al,. 2006).
Fitosterol memiliki kemampuan berkompetisi dengan kolesterol dalam penyerapannya di dalam usus. Kadar fitosterol yang tinggi dalam usus halus berperan menghambat penyerapan kolesterol melalui mekanisme kompetitif, jika terdapat fitosterol maka tubuh cenderung lebih menyerap fitosterol daripada kolesterol. Akibatnya kolesterol tidak diserap melainkan langsung dibuang oleh tubuh, sehingga tidak masuk ke dalam tubuh. Kompetisi ini mengakibatkan berkurangnya jumlah kolesterol yang dapat diserap oleh tubuh. Mekanismenya adalah melalui fitosterol dalam bentuk micelle akan bergabung dengan komplek asam lemak bebas, monogliserida dan garam empedu yang akan diserap oleh mukosa sel usus halus (Hediyani, N. 2013).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah True Experimental Research, sedangkan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Postest Only Control Group Design. Penelitian mengenai pengaruh dekok Parkia roxburgii G. Don (kedawung) yang diperkirakan dapat menurunkan kadar kolesterol pada Rattus norvegicus (tikus putih). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 16 Maret sampai 9 April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Analisis data yang digunakan adalah ANOVA 1 jalan.


ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rattus norvegicus (tikus putih), BR-1, sekam, kedawung, aquades, reagen CHOD-PAP, klorofom, kolesterol, asam kolat, lemak kambing, telur, tepung terigu, NaCl fis, dan kapas.
Alat yang digunakan meliputi : kandang tikus, tempat minum tikus, penutup kandang, plastik besar, timbangan analitik, oven, beaker glass, spatula, blender, loyang, nampan, kompor listrik, plastik kecil, waterbath, gelas ukur, botol scoot, labu takar, kain saring, corong kaca, botol semprot, spet 5 ml dan 10 ml, handscoon, masker, kabel, sonde mencit, sentrifuge, mikropipet, tabung ependof, pipet ukur, kuvet, karet hisap, alat seksi, papan seksi, rak tabung reaksi, clot activator, dan spektrofotometer.

CARA KERJA
Cara kerja dalam penelitian ini terdisi dari 4 tahap :
1.    Tahap Pemeliharaan
a. Mengadaptasi tikus putih selama 1 minggu. Proses aklimasi ini dimaksudkan untuk membiasakan tikus putih terhadap lingkungan baru.
b.    Memberi makan dan minum setiap hari.
c.    Kandang diberi sekam sebagai alas yang berguna untuk menyerap kotoran dan sekam diganti  3 hari sekali.
2.    Tahap pembuatan dekok kedawung
a.    Menimbang kedawung
b.    Menghaluskan kedawung dengan menggunakan blender.
c.    Menambahkan aquades sehingga perbandingan antara aquades dan bahan adalah 1 : 2.
d.   Memanaskan kedawung menggunakan kompor listrik.
e.    Menyaring kedawung dan menampungnya pada beaker glass.
f.     Melakukan penambahan aquades sampai volume sama dengan bobot bahan.
g.    Memindahkan dekok kedawung ke dalam botol scoot.
3.    Prosedur pengukuran kadar kolesterol dalam darah.
a. Membedah dan mengambil darah tikus yang telah diberi perlakuan dari jantung dengan menggunakan spet, kemudian masukkan ke dalam kuvet.
b. Mensentrifuge darah tikus dengan kecepatan 6.000 rpm selama 10 menit sampai serum dan darah terpisah.
c.    Memasukkan serum darah ke dalam tabung ependrof.
d.   Memasukkan 2 ml reagent CHOD-PAP ke dalam kuvet.
e.    Menambahkan serum 20 mikro ke dalam kuvet yang telah berisi reagen.
f.     Menginkubasi selama 20-25 menit pada suhu 37° C.
g.    Mengukur absorbansi pada spektofotometer.
h.    Menghitung kolesterol dengan rumus sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian perlakuan dekok Parkia roxburgii G. Don (kedawung) untuk menurunkan kadar kolesterol pada Rattus norvegicus (tikus putih) telah dilakukan selama ±2 bulan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Tikus putih diaklimasi selama 7 hari agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya, selanjutnya memberikan pakan diet tinggi kolesterol selama 3 minggu, kemudian mengambil sampel darah dari ekor tikus untuk mengetahui kadar kolesterol sebelum perlakuan, setelah itu memberikan perlakuan dekok kedawung selama 3 minggu dengan dosis 3 ml/hari, 4 ml/hari, dan 5 ml/hari. Selanjutnya dilakukan pengambilan darah dari jantung tikus yang bertujuan untuk mengetahui kadar kolesterol sesudah pemberian dekok kedawung. Hasil dari rerata kolesterol sebelum dan sesudah pemberian dekok kedawung disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data rerata dan standar deviasi
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol secara bermakna pada berbagai dosis pemberian dekok kedawung. Penurunan yang terjadi sebesar 30,42% pada dosis 3 ml/hari, 21,67% pada dosis 4 ml/hari, dan 26,62% pada dosis 5 ml/hari, 7,22% pada kontrol positif, dan 14% pada kontrol negatif. Pemberian dekok kedawung dosis 3 ml/hari mengalami penurunan paling besar dibanding dengan pemberian dekok kedawung dosis 4 ml/hari dan 5 ml/hari.
Grafik perbedaan kadar kolesterol sebeum dan sesudah perlakuan pada berbagai dosis pemberian dekok kedawung disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik perbedaan kadar kolesterol sebelum dan sesudah perlakuan pada berbagai dosis pemberian dekok kedawung

Gambar 4.1 menunjukkan penurunan kadar kolesterol pada perlakuan setelah pemberian dekok kedawung selama 3 minggu. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pemberian dosis 3 ml/hari dapat menurunkan kadar kolesterol paling besar, akan tetapi penurunan kadar kolesterol yang mendekati kadar kolesterol kontrol positif (tikus normal) adalah pada pemberian perlakuan 4 ml/hari. Menurut penelitian yang dilakukan Utaminingrum (2011), pemberian yoghurt kedelai hitam yang mengandung fitosterol dengan dosis 4 ml/hari merupakan dosis yang dapat menurunkan kadar kolesterol LDL serum lebih tinggi dibanding dosis 2 ml/hari, dan 3 m/hari. Hal tersebut berhubungan dengan kadar fitosterol yang meningkat dalam usus halus karena pemberian dekok kedawung, sehingga dapat menghambat penyerapan kolesterol melalui mekanisme kompetitif (Utaminingrum, 2011). Berdasarkan data penurunan kadar kolesterol, hasil uji normalitas tersaji pada Tabel 4.2.


Tabel 4.2 Uji normalitas




Tabel 4.3 Uji homogenitasBerdasarkan data yang diperoleh, didapatkan nilai skewnes -1,11 dan kurtosis -0,61, karena nilai skewnees dan kurtosis berada di antara ±2, maka data berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas. Data yang diperoleh dari uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.3.




Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat probabilitas adalah 0,161, karena probabilitas > 0,05 maka Ho diterima atau kelima varians populasi adalah sama yang berarti varian data homogen. data homogen, maka dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA satu jalan.  Hasil uji ANOVA disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Uji ANOVA




Berdasarkan uji ANOVA satu jalan terlihat probabilitas adalah 0,101, karena probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dengan kesimpulan bahwa rata–rata kelima populasi identik atau rata–rata penurunan kadar kolesterol dari kelima perlakuan sama.
Uji duncan’s 5% disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Uji duncan’s 5%



Berdasarkan Tebel 4.5, hasil uji Duncan’s 5% menunjukkan bahwa perlakuan 3 ml/hari memiliki rerata penurunan kadar kolesterol yang paling besar bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, 4 ml/hari, dan 5 ml/hari.

KESIMPULAN
Pemberian dosis 3 ml/hari, 4 ml/hari, dan 5 ml/hari selama 3 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol dengan dosis 3 ml/hari sebagai dosis yang dapat menurunkan kadar kolesterol lebih tinggi dibanding lainnya, akan tetapi penurunan kadar kolesterol yang mendekati kadar kolesterol kontrol positif (tikus normal) adalah pada pemberian perlakuan 4 ml/hari.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, H. 1999. Klasifikasi Vegetasi di Taman Nasional Meru Betiri. Skripsi Sarjana, KSH -IPB. 
Hediyani, N. 2013. Fitosterol Lemak Penurun Kolesterol.
(Online).
http://www.dokterkuonline.com/#!FITOSTEROL-Lemak-Penurun-Kolesterol/c1dgm/B40BF97E-2F08-4B28-B627-FC272064561E. Diakses : 25 Mei 2015.
Rinekso, A. J. 2000. Model Penduga Produksi Biji Kedawung (Parkia roxburghii G. Don) di Taman Nasional Meru Betiri. Skripsi Sarjana, Jurusan KSH, Fak. Kehutanan IPB. 
Saktiawan, A. 2014. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Penurunan Kolesterol Total Serum. Diakses : 19 September 2014.
Sandra, E & Kemala. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB & Latin. Bogor
Tisnadjaja, Djadjat et al. 2006. Pengkajian Kandungan Fitosterol pada Tanaman Kedawung (Parkia roxburgii G. Don.). BIODIVERSITAS Vol. 7, No. 1, Januari 2006, hal. 21-24
Utaminingrum, F. 2011. Pengaruh Pemberian Yoghurt Kedelai Hitam (Black soyghurt) terhadap Kadar Kolesterol LDL Serum pada Tikus Dislipidemia. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak dipublikasikan.
Winara, A. 2001. Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. Skripsi Sarjana, Jurusan KSH, Fak. Kehutanan IPB. Tidak dipublikasikan.
Zuhud, E.A.M., L.B. Prasetyo, H. Dewi, H. Sumantri.  2003.  Kajian Vegetasi dan Pola Penyebaran Tumbuhan Obat Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.  Laboratorium Konservasi Tumbuhan KSH- IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.


1 komentar:

  1. HERBADREAM SOLO : 085702118190
    Bagi rekan semua yang membutuhkan bahan baku herbal atau jamu dalam bentuk fresh/segar/basah, kering/simplisia, dan bubuk/powder untuk keperluan eksport/export, industry/manufaktur, dagang grosir ataupun ecer, salon kecantikan, klinik kesehatan, spa, apotek dan pharmachy/farmasi, penelitian kampus/universitas ataupun perusahaan meliputi bahan : Adas, akar alang-alang, akar pasak bumi, akar purwoceng, akar wangi, bengle/bangle, biji kedawung, biji mahoni, brotowali, bunga melati, cabe jawa, ceplikan/alba, ceplukan/ciplukan, daun bidara arab local, daun dewa, daun insulin, daun jati belanda, daun jati cina, daun jeruk purut, daun keji beling ngukilo, daun kelor, daun meniran, daun mimba, daun salam, daun sambungnyawa, daun sirsak, daun tempuyung, daun ungu, jahe emprit, jahe merah, jinten hitam local, kapulaga, kayu bidara laut, kayu legi/akar manis, kayu manis, kayu rapet, kayu secang, kayu sintok madu, kayu wolo, kencur, ketumbar, klabet/kelabet, klembak, kulit delima, kulit manggis, kumis kucing/remujung, kunir putih/kunyit putih, kunir/kunyit, lada hitam, lada putih/merica, lempuyang/puyang, lengkuas/laos, mahkota dewa, manjakani, mengkudu/pace, merica bolong/buah kayu putih, pegagan, pekak/bunga lawang/starseed, pulosari/pulowaras, rasukangin, rosella merah, rosella ungu, sambiloto, sarang semut, sereh, sirih hijau, tapak liman, temu giring, temu ireng/temu hitam, temu kunci/fingerroot, temu mangga, temu putih, temulawak, tribulus, dan widoro upas/bidara upas, dan lain-lain. Kami siap kirim ke seluruh wilayah Indonesia (jawa : Jakarta, bogor, depok, tangerang, bekasi bandung, solo dan lain-lain, sumatera, kalimantan, Sulawesi, Maluku, irian jaya, bali, nusa tenggara barat dan nusa tenggara timur dan wilayah Indonesia lainnya) dan luar negeri. Bisa suplai kontiyu. Bisa menghubungi HERBADREAM yang berlokasi di SOLO dengan nomer 085702118190. Juga menyediakan bibit daun dewa, bibit sambungnyawa, bibit binahong, bibit yacon/yakon/insulin (tithonia diversifola)

    BalasHapus